Tanggal 14 Agustus 2014 pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan himbauan kepada masyarakat Indonesia supaya lebih memperdayakan transaksi pembayaran dengan non tunai , melalui siaran pers di website resmi Bank Indonesia No. 16/ 58 /Dkom , Gubernur Bank Indonesia kala itu Bapak Agus D.W. Martowardojo mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai ( GNNT ).
“GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Sebagai bentuk komitmen atas perluasan penggunaan instrumen non tunai, kami akan menjadikan GNNT sebagai gerakan tahunan yang didukung dengan berbagai kegiatan untuk mendorong meningkatkan pemahaman masyarakat akan penggunaan instrumen non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran,” demikian disampaikan Agus D.W. Martowardojo seperti dikutip dari website Bank Indonesia.
Bukan tanpa alasan pada saat itu Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai , negara kita ini termasuk masih sangat rendah dalam hal penggunaan transaksi non tunai berbasis elektronik , bahkan jika dibandingakan dengan negara di ASEAN seperti Malaysia saja kita masih kalah dalam hal penggunaan transaksi non tunai.
Seperti di kutip oleh Koran
Sindo , Mantan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Chairul Tanjung dalam sebuah kesempatan pun menyebutkan bahwa
salah satu indikator negara maju adalah jika masyarakatnya lebih banyak
melakukan transaksi non tunai. Ini menjadi salah satu alasan kenapa Bank
Indonesia sangat gencar melakukan kampanye penggunaan uang Non Tunai.
Lalu apa saja yang termasuk Transaksi Non Tunai ini ?
Metode pembayaran non tunai atau biasa di Cashless adalah sistem
pembayaran tanpa mengunakan uang tunai , bisa menggunakan kertas ( voucher ) ,
stiker atau Chip ( Electonik money ).
Seiring dengan berkembangnya teknoligi digital dan internet
di era milenium , pembayaran non tunai mengalami perkembangan dan bukan hanya
sebatas giro , cek , voucher , debet crad & kredit card saja , sekarang
sudah bekembang Internet Banking , Mobile Banking , E Money , dan Rekening
Ponsel. Bahkan untuk E money beberapa bank di Indonesia bekerja sama dengan
retail seperti mini market , swalayan dan sebagainya untuk lebih mengenalkan
alat pembayaran yang satu ini ke masyarakat.
Sejatinya transaksi non tunai ini lebih mudah dan lebih
efektif untuk digunakan , kenapa karena alat pembayaran non tunai menawarkan berbagai
kelebihan dari transaksi tunai , keuntunghannya diantaranya lebih aman , lebih
efisien , lebih efektif , lebih praktis dan lebih meunguntungkan .
Lebih aman karena penggunaan debet card/ kredit crad kita harus
memasukan pin untuk bisa melakukan pembayaran. Jadi jika sampai hilang ataupun
tercuri kita hanya perlu menelpon bank dari kartu tersebut dan memblokirnya.
Tidak seperti uang tunai yang hilang maka kecil harapan untuk bisa kembali.
Lebih effisien & efektif karena apa yang kita bayarkan
pasti sesuai dengan junlah yang harus kita bayar dan kita tidak perlu
direpotkan dengan uang kembalian , misal uang yang kita bayarkan pecahan
seratus ribu dan toko tidak ada
kembalian maka kita pasti direpotkan dengan hal itu semisal uang yang harus
ditukar dan sebagainya.
Lebih praktis karena kita hanya perlu membawa kartu saja
yang hanya berukuran 10 X 25 cm dengan tebal kurang dari 1cm , jika kita
membawa uang tunai pecahan 50ribu sejumlah 5 juta rupiah maka pasti dompet kita
akan terasa penuh dan mengembang karena saking banyaknya jumlah lembaran yang
kita bawa.
Internet Komponen Utama GNNT
Transaksi non tunai yang sekarang sedang bekembang di
Indonesia ini masih banyak kekurangan, selain dari sisi jumlah outlet / toko
yang masih sangat terbatas yang bisa menerima sistem pembayaran non tunai , transaksi
yang mengunakan Internet sebagai tonggak jalur utamanya ini masih membuat
sebagian masyarakat kurang nyaman dalam mengunakannya karena masalah koneksi internet
seperti gangguan , proses lama dan semacamnya , seperti kita tahu jaringan
internet di indonesia memang masih kurang menyakinkan.
Jika dilihat dari data pengguna internet di indonesia
sebenarnya termasuk besar , tercatat dari data yang di publish website KEMINFO
bahwa negara kita menduduki peringkat ke 4 terbesar didunia dalam hal jumlah pengguna
internet , pada tahun 2014 saja mencapai 72.8 juta dan diperkirakan tahun 2016 ini telah mencapai 112 juta penduduk indonesia yang menggunakan internet.
Besarnya pengguna Internet Indonesia tersebut tidak
dibarengi dengan kualitas layanan kecepatan internet rata- rata yang memadai , seperti di
kutip dari cnnindonesia
negara kita masih dibawah rata-rata kecepatan internet didunia hanya menempati
urutan ke 94 dengan kecepatan
rata-rata 4,5 Mbps.
Padahal negara-negara maju dengan transaksi non tunai
tertinggi merupakan negara-negara yang kualitas internetnya diatas rata-rata ,
kita ambil contoh Swedia seperti dikutip dari liputan6
merupakan salah satu negara dengan transaksi non tunai terbesar didunia dengan
nilai transaksi non tunai mencapai 89% total transaksi pembayaran merupakan
negara dengan urutan ketiga tertinggi dalam hal kecepatan internet rata-rata.
Artinya ada kolerasi antara kecepatan internet dengan
tingginya transaksi non tunai dinegara tersebut , kecepatan pembayaran
transaksi non tunai sangat berpengaruh pada kepercayaan dan kenyamanan
masyarakat dalam penggunaan transaksi non tunai.
Sesuai pengalaman juga , saya pernah melakukan transaksi non
tunai di salah satu mini market dan mencoba top up e money , untuk top up saja
saya harus menunggu waktu sekitar 15 menit dan itupun dengan hasil gagal top up
karena ada masalah pada sistem menurut kasirnya. Pada lain waktu juga melakukan
pembayaran dengan e money , waktu yang saya butuhkan utuk menyelesaikan
transaksi tersebut pun lebih lama daripada saya melakukan transaksi tunai.
Oleh karena itu selain sosialiasai pemberdayaan transaksi
non tunai ke masyarakat luas yang memang sudah cukup bagus melalui GNNT ini , perlu
ada sinergi yang lebih antara Bank Indonesia dengan KEMINFO selaku regulator
tertinggi komunikasi ( internet ) di indonesia. Perlu adanya fokus yang lebih
dari KEMINFO untuk peningkatan kualitas kecepatan Internet rata-rata. Bahkan
bukan hanya dalam hal kecepatan Internet tapi biaya pemakaian internet pun
harus lebih murah.
Sasaran Potensil
Peningkatan Transaksi Non Tunai
Berdasarkan data yang diambil dari survei pengguna Internet
oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau biasa disebut APJII
pada tahun 2016 , transaksi pembelian yang dilakukan via online saja ,
masyarakat masih cendrung melakukan sistem pembayaran COD /Bayar ditempat ,
yaitu sebesar 18.8 juta atau 14,2%. Artinya masih ada banyak potensi
peningkatan pembayaran dengan non tunai pada transaksi pembelian secara online yang sejatinya harusnya
melakukan pembayaran dengan sistem pembayaran non tunai.
Masyarakat yang memilih pembayaran secara COD meskipun
berbelanja online memiliki beberapa alasan , salah satunya adalah karena tidak
menggunakannya mobile banking , jika penerapan dan kemudahan serta keamanan
transaksi pembayaran dengan mobile banking lebih digencarkan oleh bank-bank di
indonesia maka akan membuat volume pembayaran transaksi non tunai semakin
meningkat.
Jika dari transaksi online saja masih
ada 18.8 juta orang yang melakukan pembayaran dengan tunai , maka bagaimana
dengan transaksi pembelian yang dilakukan secara langsung ?
Jika kualitas mobile internet dan harga internet lebih murah
serta layanan kas mobil keliling bank bisa lebih banyak dan menjangkau hampir
setiap kawasan pertokoan di seluruh kota Indonesia ( baik kota besar ataupun
berkembang ) maka peningkatan transaksi non tunai akan sangat terasa. Pada
setiap toko retail grosir /warung makan kecil dengan jumlah pengunjung yang
besar diadakan mesin EDC dengan koneksi mobile maka ini juga akan bisa
meningkatkan volume transaksi non tunai.
Ambil contoh , ditempat saya ada salah satu tempat kuliner
yang sangat ramai seperti Nasi Jamblang , setiap hari selalu lebih dari 150 –
250 orang makan ditempat tersebut ( maklum saja orang yang sedang berwisata ke
cirebon pasti akan mencari tempat makan tersebut karena khas Cirebon ) , jika
setiap orang membayar 25ribu untuk makan disitu maka setiap hari akan ada
transaksi 250 X 25.000 = 6.250.000. Itu hanya jika 1 orang membayar 25rb
bagaiman kalau lebih ?
Jumlah transaksi 1 hari tersebut jika kalikan dalam 1 bulan
maka menjadi 187.500.000 jika dikalikan 1 tahun maka menjadi 2,25M hanya dari 1
toko. Bayangkan jika ada 1000 toko di indonesia sangat luar biasa bukan ?
Padahal menurut survei APJII , kepercayaan masyarakat
terhadap tingkat keamanan transaksi pembayaran perbankkan via online cukup
tinggi yaitu sebesar
70,4% menyatakan aman terhadap keamanan perbankan online. Artinya dari ada sisi positif dari masyarakat terhadap
permbayaran dengan sistem online yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan transaksi non
tunai.
Untuk meingkatkan transaksi non tunai seperti yang BI
tuangkan dalam program GNNT memang membutuhkan kerjasama dari semua pihak baik semua elemant ekonomi
dan regulatornya dan tidak terkecuali yang paling penting dari masyarakatnya itu sendiri. oleh karena itu mari kita semua dukung
dan sukseskan program GNNT untuk membuat masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
yang LCS ( Less Cash Society ).
EmoticonEmoticon